
Pernah dengar tetang
Jane Fonda effect?
Saya sendiri belum pernah dengar sampai beberapa waktu lalu,,(maklum, org bego!)
Efek ini tidak se-spektakuler efek Brown yang mengeringkan kerongkongan fisikawan dunia, ataupun se-ribet butterfly effect yang sampai saat ini tidak bisa membuat matematikawan asal Ukraina lulus dari MIT selama lebih dari satu dasawarsa,,ataupun efek samping dunia tasawuf yang bisa membuat kyai-kyai Mojokerto berkontemplasi penuh, lepas dari hingar bingar kericuhan umatnya sendiri,,efek ini sama sekali tidak bernafas ilmiah,,terkesan konyol malah,,:-p
Efek ini (mungkin!) pertama kali dibuat (lebih tepatnya sih, pertama kali saya baca,,;-P!) oleh salah satu pengarang buku laris "Freakonomics", Steven Levitt. Pada editorial "NY Times", 16 September tahun ini, entah dalam keadaan sadar atau teler, serius atau guyon, dia dengan santainya menuding Jane Fonda punya peran yang tidak kecil dalam bahaya global warming yang mengancam dunia saat ini,,pernyataan ini jelas terpampang pada kalimat editorialnya;
"Jane Fonda is vocally anti-nuclear, and she starred in the film “The China Syndrome”, a story about a fabricated near disaster at a California nuclear plant.
The movie premiered 12 days before the accident at Three Mile Island, and helped to create public misperception and fear of nuclear plants. In the movie, the loss of coolant accident that was nearly avoided would have (according to the script) destroyed an area of land the size of Pennsylvania – something that is utterly preposterous. But the public at the time didn’t know any better. The accident at TMI had no environmental consequences, and no one was killed or even slightly injured as a result of the core melt down. The safety systems behaved as designed and contained the hazardous materials. In the years after the accident, many plants that were under construction were abandoned, and those in the planning stages were cancelled.
Because the USA turned away from new nuclear plants in favor of gas, oil, and coal, causing a huge increase in the amount of greenhouse gasses released, especially when compared to how it would have been had those cancelled nuclear plants been built."Ada dua poin penting yang bisa kita tarik dari paragraf di atas, pertama, batalnya pembangunan PLTN di USA berperan dalam global warming yang bisa saya rasakan saat ini juga (Malang tambah puuaanas! edan!).
Kedua, Jane Fonda, seorang anti-nuklir sejati, sukses menjalankan perannya sebagai pion sakti golongan anti-nuklir mengampanyekan gerakan "no more nuclear power" di USA, intinya mereka mampu menyentuh hati publik untuk memelihara ketakutan akan PLTN, ditambah lagi adanya TMI affair,,maknyuz, cocok, pas susunya!
Ok, logis memang jika dia berargumen bahwa USA akan memproduksi jauh lebih sedikit CO2 jika saat itu PLTN jadi dibangun di USA. Tentu saja kita semua, kaum pro nuklir (halah!), malah yang berkubang langsung di bidang PLTN seperti saya, setuju sekali dengan hal ini, berbunga-bunga mendengar kabar ini. Namun jangan menelan mentah-mentah argumen bule satu ini.
Well, sebagai pengarang Freakonomics yang populer, sangat aneh jika Mr Steven ini melewatkan sebuah fase ekonomi yang dilalui US, tepat ketika film The China Syndrome diputar.
Kebetulan saya ingat, anak angkatan 2002 dulu pernah dapat tugas analisis kecelakaan reaktor. Nah, kebetulan saya pernah cari info tentang TMI, baik efeknya, maupun efek dominonya terhadap dunia nuklir, karena itu saya juga tahu bahwa sejatinya pembatalan pembangunan PLTN pasca peristiwa TMI bukan karena suksesnya gerakan anti-nuklir, tapi karena pada tahun 1980 -1990an, USA mengalami penurunan "supply-demand' listrik.
Resesi ekonomi dunia saat itu terkorespondensi dengan fakta menurunnya demand listrik di US. Ini menyebabkan pemegang modal tidak berani memainkan hartanya di bidang industri supplier listrik.
Fakta lain ialah, bersamaan dengan dibatalkannya PLTN di US, lebih banyak lagi PLT berbahan bakar batubara yang dibatalkan pembangunannya di US, tentu saja ini akibat situasi ekonomi yang buruk saat itu, bukan gerakan anti-nuklir.
Jika argumen Mr Steven benar (anti-nuklir US berhasil mengendalikan opini publik pada PLTN), maka akan banyak PLT berbasis non-nuklir yang dibangun untuk mengganti pembatalan pembangunan supply listrik berbasis nuklir, nyatanya tidak ada PLT lain yang dibangun saat itu.
So, Jane Fonda effect ini memang bisa dijadikan senjata dalam "debat kusir" pro vs anti-nuklir, namun sebaiknya jangan diarahkan sebagaimana ide paragraf editorial Mr Steven,,argumen lemah seperti itu akan mudah di-counter, dijadikan bumerang untuk menstigma kredibilitas pro-nuklir. Well, bukan rahasia lagi kalo perdebatan ini hanya berlangsung dengan cara "FiT OF" atau "find the opposite's fools".
Nah, paling enak ya kita balik aja,,film Jane Fonda tidak salah, jika terjadi LOCA, maka ada peluang US akan lebur,,tapi nilainya kan kecil,,hehe,,,
Lagipula, kalo di film emang reaktornya udah meledak (saya sendiri blum lihat filmnya,,), trus 12 hari kemudian insiden TMI muncul,,malah pas to,,"tuduhan" meledaknya reaktor akibat LOCA, tidak terbukti!
Kesimpulannya, bukan rasa takut yang harusnya dieksplorasi, tapi kesimpulan dari insiden tersebut,,core meltdown, tapi reaktor tidak meledak (Thx to Alloh). Bahkan konon, operator reaktor nuklir di TMI pun gan nyangka kalo core meltdown tidak membuat reaktor meledak,(entah saya lupa pernah baca dari mana). Mulai saat itulah penelitian analisa keselamatan reaktor perihal core meltdown makin giat dilaksanakan,,(yang saya tahu dari Dr Alex, pakar keselamatan reaktor, tempat kuliah S2nya dulu, KTH-Swedia, melelehkan teras reaktor berulang-kali demi penelitian keselamatan kondisi core meltdown,,dasar nganggur!;-P)
Well,we're just human being,,learned, to get better, and better,,
Inspirasi tak jua datang dari kontemplasi, terima kasih resesi,,
best regards,
-=PJ=-